Malu pakai buatan sendiri?

Miris juga baca berita di detikinet di bawah ini..

“Policy kami di LIPI menggunakan Open Source. Namun kami tak menutup mata kalau ada solusi yang lebih baik seperti ini,” ujar Ika Atman Satya, peneliti dari LIPI.. Menurutnya, LIPI menganggarkan Rp 3-4 miliar tiap tahunnya untuk belanja TI dan keperluan bandwidth internet. “Bukannya kami tidak mau mengembangkan produk sendiri, namun lihat saja IGOS Nusantara buatan kami, sekarang siapa yang pakai?” keluhnya.

Liat berita lengkap disini

Memang, selain nano teknologi dan penghematan energi, open source menjadi isu favorit untuk penelitian LIPI. Dan IGOS nusantara adalah distro open source yang dikompile para peneliti informatika LIPI menjadi sebuah OS gratisan yang menjadi karya kebanggaan LIPI. Niatnya sih, untuk menghindari aplikasi berbayar yang dapat meningkatkan cost operasional. Sehingga masyarakat Indonesia bisa menggunakan teknologi informasi secara murah. Ini dengan asumsi “husnudzan“, bahwa pilihan masyarakat adalah Legal OS atau Open OS, ga nyinggung-nyinggung bajakan ya.. Continue reading

5 Comments

Filed under Aktualita

Resume:Appropriate Technology for Developing Countries

Donald S. Young

William Pepper Laboratory Department of Pathology and Laboratory Medicine

Hospital of the University of Pennsylvania 3400 Spruce St.Philadelphia, PA 19104-4283

http://www.clinchem.org/cgi/reprint/37/4/488.pdf

Artikel ini menjelaskan tentang permasalah teknologi biomedik pada negara berkembang, yaitu besarnya kesenjangan infrastruktur dan fasilitas kesehatan yang dimiliki negara berkembang dengan negara maju. Diawali dari minimnya anggaran kesehatan yang dialokasikan oleh negara berkembang. Dengan minimnya dana untuk kesehatan, menyebabkan hal-hal mendasar yang dibutuhkan untuk pelaksanaan perawatan tidak dapat dipenuhi. Sehingga pada negara berkembang seringkali penyakit yang sama dapat memberikan efek lebih parah daripada negara maju.

Karena itu, untuk efektifitas pendanaan pada negara berkembang sebenarnya akan lebih tepat jika dialokasikan pada tindakan preventif, seperti penyuluhan tentang hidup sehat dan penyediaan air bersih serta kesehatan yang memadai daripada digunakan untuk penanganan dan perawatan penyakit.

Selain permasalahan dana, hal lain yang berpengaruh adalah minimnya tenaga ahli yang dapat mengoperasikan dan memelihara peralatan biomedik yang cukup canggih. Tempo pengiriman reagen yang lama dan ketiadaan kulkas untuk menyimpan cukup menjadi menghambat, sehingga alat-alat yang telah ada, akhirnya tidak banyak berguna.

Yang terakhir, standar-standar Internasional yang ada hanya berorientasi untuk negara maju, dan tidak mendukung untuk implementasi pada negara berkembang.

2 Comments

Filed under biomedical engineering

A/D Converter pada RCM3400

Pada prototyping board RCM3400, sudah terdapat A/D converter (ADS78780) yang mem-multipleks sinyal yang telah dikonversi dari 8 single-ended atau 4 input berbeda ke Serial port B. Serial Port B, beroperasi dalam mode clock serial, yaitu setiap data in atau out, sinkron dengan clock..

A/D Converter berada pada header J1

Pin input analog LN0-LN7 masing-masing memiliki impedansi 6-7 MÙ tergantung input apa yang digunakan. Dengan kapasitansi 4-9.7 pF

Pin CONVERT pada A/D Converter berada pada pin 10 di header J1, yang juga bisa digunakan sebagai hardware yang membuat A/D Converter memulai siklus konversi. Sinyal CONVERT adalah saat sinyal trigger (edge-triggered) dan memiliki waktu tahan (hold time) selama 2 period CCLK untuk debounce.

CONVERT dimulai saat CONVERT pin dalam posisi rising-edge . CONVERT pin harus sedikitnya dalam status ‘low’ selama 2 period CCLK dan kemudian ‘high’ juga selama 2 period CCLK. Di bawah ini menunjukkan timing dimulainya konversi. Anak panah double pada CCLK mengindikasikan dimulainya siklus konversi yang sebenarnya.

Input analog pada board RCM3400 berada pada header J3.


Sinyal input memiliki range -2V sd +2V untuk mode diferential, atau 0V sd +2V untuk mode single-ended. Range tegangan sinyal input yang sebenarnya juga dipengaruhi oleh 1, 2, 4, 5, 8, 10, 16, dan 20 V/V yang dihasilkan oleh penguatan oleh programmable software di setiap kanal input ADS7870 A/D converter. Maka setiap analog sinyal harus disesuaikan dengan sirkuit atenuator dan penguatan dari programmable software sehingga input yang diteruskan ke A/D converter berada dalam batas range ADS78780 A/D Converter, yaitu (-2V/0V hingga +2V).

Chip A/D Converter hanya dapat menerima input tegangan positif. Kedua input diferensial harus mereferensi ke analog ground dan keduanya haruslah positif. Namun, tetap memungkinkan untuk membaca tegangan negatif pada ADC_IN0-ADC_IN5 dengan memindahkan jumper 0Ù pada JP1, JP2 atau JP9 yang berhubungan dengan input A/D Converter dari analog ground ke tegangan referensi yang dibangkitkan dan dibuffer oleh A/D Converter.

Jumper J1, J2, J9

Spesifikasi Analog Input pada RCM3400

1 Comment

Filed under Embedded System, RCM3400

Kutipan UU ITE

Akhirnya, UU cyber pertama kita disyahkan juga. Dunia maya yang sangat luas (konten dan aksesnya) membuat wajib adanya regulasi yang bisa mengatur. Dengan tujuan utama, selayaknya sebuah hukum dibuat, adalah untuk melindungi hak-hak individu. Tapi bisakah UU Informasi dan Transaksi Elektronika ini berjalan dengan baik? Bagaimana mekanisme kontrolnya? dsb. Ya..setidaknya ada upaya dari regulator untuk mempersempit gerak para black hacker dan para “dedemit maya”.

Dalam UU ITE tersebut, saya coba rangkum hal-hal yang termasuk pelanggaran hukum dalam transaksi elektronik. Pelanggaran ini dapat dikenakan sebagai pelanggaran perdata maupun pidana. Yaitu sbb :

Continue reading

5 Comments

Filed under Aktualita, Security

Programming port RCM3400

progport.jpg
Untuk pemrograman RCM3400 dilakukan melalui Programming port pada J2 atau dapat juga sebagai alternative melalui RS-232 pada J5 (serial port C dan D).

Rangkaian LED memakai salah satu interface LCD/Keypad module yaitu LCD1:JA yang memiliki 2×13 port, walau hanya akan digunakan 2×6 port teratas. Sebenarnya dapat memakai LCD1:JB atau JC yang memiliki tepat 2×6 port (fungsi yang sama dengan 2×6 port teratas LCD1:JA), namun karena di lab hanya ada klip rainbow cable 2×8 pin, jadi ya pakai yang cukup, dan sisanya idle.

Bila menggunakan RS-232, maka perlu menghubungkan modul LCD/Keypad dengan Microprosecor 3000 yaitu melalui modul extention header J1 pada port PE6 (pin 37) danRS-232 melalui port PC0-PC3 (pin 16-19). Sedangkan bila menggunakan programming port J2, hanya perlu menghubungkan port SMODE1 dan SMODE2 (pin 25-26) pada modul extention header.

Flow control RS-232 pada port RS-232 di-inisiasikan dalam software dengan menggunakan fungsi serXflowcontrolOn yang dipanggil melalui RS232.LIB, dimana X adalah serial port (C or D). Lokasi flow control lines spesifikkan menggunakan 5 makro di bawah :

SERX_RTS_PORT—Data register for the parallel port that the RTS line is on (e.g., PCDR).

SERA_RTS_SHADOW—Shadow register for the RTS line’s parallel port (e.g., PCDRShadow).

SERA_RTS_BIT—The bit number for the RTS line.

SERA_CTS_PORT—Data register for the parallel port that the CTS line is on (e.g., PCDRShadow).

SERA_CTS_BIT—The bit number for the CTS line.

Komunikasi standart RS-232 3 kabel menggunakan serial Ports C and D diilustrasikan seperti pada contoh source code di bawah :

#define CINBUFSIZE 15

#define COUTBUFSIZE 15

#define DINBUFSIZE 15

#define DOUTBUFSIZE 15

#ifndef _232BAUD

#define _232BAUD 115200

#endif

main(){

serCopen(_232BAUD);

serDopen(_232BAUD);

serCwrFlush();

serCrdFlush();

serDwrFlush();

serDrdFlush();

Leave a comment

Filed under Embedded System